Mengonversi Teks Cerpen Menjadi Dialog
Dialog Cerpen BANUN
Bila ada yang bertanya, siapa makhluk paling kikir di kampung itu, tidak akan ada yang menyanggah bahwa
perempuan ringkih yang punggungnya telah melengkung
serupa sabut kelapa itulah jawabannya. Semula ia hanya dipanggil Banun. Namun,
lantara sifat kikirnya dari tahun ke tahun semakin mengakar, seseorang
menambahkan kata “kikir”, hingga ia ternobat sebagai Banun Kikir.
Rimah :
“hasil sawah yang tak seberapa itu akan di bawa mati, Mak.?”
Anak kedua : “Mak tak hanya kikir pada orang lain, tapi juga kikir
pada perut sendiri.”
Banun :
“ tak usah hiraukan kata-kata orang! Kalau benar apa yang mereka katakan,
kalian tak bakal mengenyam bangku sekolah, dan seumur-umur akan menjadi orang
tani.!”
Banun :
“ kata ‘tani’ berasal dari kata ‘tahani’ yang artinya ‘menahan diri’ menahan
diri dari untuk tidak membeli segala sesuatu yang dapat di peroleh dengan cara
bercocok tanam. Misalnya; jahe, lengkuas, sayur-syuran, bayang ,cabai.”. Aku
akan menanam berbagai macam sayuran di perkarangan rumah agar semua bahan
masakkan tidak usah di beli lagi.”lanjut Banun.
Sebenarnya Banun tidak lupa pada orang
yang pertama kali menjulukinya Banun Kikir hingga nama itu melekat sampai
sekarang. Orang itu tidak lain adalah Palar,laki-laki pewaris tunggal
ibu-bapaknya. Yang tak sanggup menjalankan perilaku orang tani.
Istri Palar : “aku akan membeli sayur di pasar.”
Palar :
“ya, kalau masih bisa di beli kenapa kita harus menanam. Bu bagaimana kalau
kita nikahkan anak kita Rustam dengan Rimah anaknya Banun.”
Istri palar : “boleh saja, tetapi apakah Banun menyetujui nya? Dengan apa
yang telah engkau lakukan kepadanya.?”
Banun :
“ tak usah hiraukan kata-kata orang! Kalau benar apa yang mereka katakan,
kalian tak bakal mengenyam bangku sekolah, dan seumur-umur akan menjadi orang
tani.!”
Banun :
“ kata ‘tani’ berasal dari kata ‘tahani’ yang artinya ‘menahan diri’ menahan
diri dari untuk tidak membeli segala sesuatu yang dapat di peroleh dengan cara
bercocok tanam. Misalnya; jahe, lengkuas, sayur-syuran, bayang ,cabai.”. Aku
akan menanam berbagai macam sayuran di perkarangan rumah agar semua bahan
masakkan tidak usah di beli lagi.”lanjut Banun.
Palar :
“entahlah, semoga saja ia menyetujui nya dan memaafkan semua kesalahanku dahulu.”
Palar :
“Banun, bagaimana kalau kita jodohkan saja anak kita , anakku Rustam dan anakmu
Rimah.?
Banun :
“Rimah telah memilikki calon suami, pinanganmu terlambat.”
Palar :
“anakku Rustam akan menjadi satu-satunya insiyur pertanian di kampung ini dan
akan memberikan wawasan tentang cara bertani masa kini,hingga orang-orang tidak
terpuruk lagi dalam kesusahan, anak dan keluarga mu akan beruntung jika
menerima Rustam.”
Banun :
“ maaf Palar, tetapi Rimah telah memilikki calon semua.”
Palar :
“baiklah! Ini penolakkanmu yang kesekian kalinya, dahulu ketika aku akan
mempersuntingmu karena wafatnya suamimu dan sekarang penolakkanmu atas ajakanku
untuk menjodohkan anak kita.”
Rimah :
“sekarang sudah jamannya menggunakan elpiji, kenapa Mak masih menggunakan daun
kelapa kering dan kayu bakar?.”
Banun :
“nasi tak terasa sebagai nasi apabila di masak dengan elpiji”
Rimah :
“aku akan membelikan Mak elpiji jika Mak mau, jadi tidak usah repot-repot lagi
mencari daun kelapa kering dan kayu bakar di sawah.”
Banun :
“tidak Rimah!.”
:
“ maaf Palar, tetapi Rimah telah memilikki calon semua.”
Palar :
“baiklah! Ini penolakkanmu yang kesekian kalinya, dahulu ketika aku akan
mempersuntingmu karena wafatnya suamimu dan sekarang penolakkanmu atas ajakanku
untuk menjodohkan anak kita.”
Sejak menikah anak-anak Banun yang lain tinggal di rumah
mereka masing-masing. Setiap hari Jumat, Banun datang ke rumah anak-anaknya
untuk bertemu cucu-cucuya, secara bergiliran.
Rimah :
“kalau Mak menerima pinangan Rustam, tentu julukkan buruk yang melekat pada Mak
tak pernah ada, kenapa Mak waktu itu mengatakan bahwa aku sudah punya calon
suami, padahal belum,bukan.?"sesal Rimah.
Banun :
“tak usah ungkit-ungkit lagi cerita lama. Mungkin Rustam bukan jodohmu.”
Rimah :
“tapi seandainnya kami berjodoh, Mak tak akan dinamai Banun Kikir!.”
Sesaat Banun terdiam sejenak. Tetapi
agaimana mungkin Rustam akan memberi contoh cara bertani modern, sementara
sawahnya telah habis terjual karena hutang Bapaknya? Banun menolak pinangannya
bukan karna Palar telah banyak hutang dan bukan karna ia telah menjadi juragan
tanah, tapi karena perangai buruk Palar yang dianggap sebagai penghinaan pada
hidup orang tani.
Dialog Cerpen BANUN
Bila ada yang bertanya, siapa makhluk paling kikir di kampung itu, tidak akan ada yang menyanggah bahwa
perempuan ringkih yang punggungnya telah melengkung
serupa sabut kelapa itulah jawabannya. Semula ia hanya dipanggil Banun. Namun,
lantara sifat kikirnya dari tahun ke tahun semakin mengakar, seseorang
menambahkan kata “kikir”, hingga ia ternobat sebagai Banun Kikir.
Rimah :
“hasil sawah yang tak seberapa itu akan di bawa mati, Mak.?”
Anak kedua : “Mak tak hanya kikir pada orang lain, tapi juga kikir
pada perut sendiri.”
Banun :
“ tak usah hiraukan kata-kata orang! Kalau benar apa yang mereka katakan,
kalian tak bakal mengenyam bangku sekolah, dan seumur-umur akan menjadi orang
tani.!”
Banun :
“ kata ‘tani’ berasal dari kata ‘tahani’ yang artinya ‘menahan diri’ menahan
diri dari untuk tidak membeli segala sesuatu yang dapat di peroleh dengan cara
bercocok tanam. Misalnya; jahe, lengkuas, sayur-syuran, bayang ,cabai.”. Aku
akan menanam berbagai macam sayuran di perkarangan rumah agar semua bahan
masakkan tidak usah di beli lagi.”lanjut Banun.
Sebenarnya Banun tidak lupa pada orang
yang pertama kali menjulukinya Banun Kikir hingga nama itu melekat sampai
sekarang. Orang itu tidak lain adalah Palar,laki-laki pewaris tunggal
ibu-bapaknya. Yang tak sanggup menjalankan perilaku orang tani.
Istri Palar : “aku akan membeli sayur di pasar.”
Palar :
“ya, kalau masih bisa di beli kenapa kita harus menanam. Bu bagaimana kalau
kita nikahkan anak kita Rustam dengan Rimah anaknya Banun.”
Istri palar : “boleh saja, tetapi apakah Banun menyetujui nya? Dengan apa
yang telah engkau lakukan kepadanya.?”
Banun :
“ tak usah hiraukan kata-kata orang! Kalau benar apa yang mereka katakan,
kalian tak bakal mengenyam bangku sekolah, dan seumur-umur akan menjadi orang
tani.!”
Banun :
“ kata ‘tani’ berasal dari kata ‘tahani’ yang artinya ‘menahan diri’ menahan
diri dari untuk tidak membeli segala sesuatu yang dapat di peroleh dengan cara
bercocok tanam. Misalnya; jahe, lengkuas, sayur-syuran, bayang ,cabai.”. Aku
akan menanam berbagai macam sayuran di perkarangan rumah agar semua bahan
masakkan tidak usah di beli lagi.”lanjut Banun.
Palar :
“entahlah, semoga saja ia menyetujui nya dan memaafkan semua kesalahanku dahulu.”
Palar :
“Banun, bagaimana kalau kita jodohkan saja anak kita , anakku Rustam dan anakmu
Rimah.?
Banun :
“Rimah telah memilikki calon suami, pinanganmu terlambat.”
Palar :
“anakku Rustam akan menjadi satu-satunya insiyur pertanian di kampung ini dan
akan memberikan wawasan tentang cara bertani masa kini,hingga orang-orang tidak
terpuruk lagi dalam kesusahan, anak dan keluarga mu akan beruntung jika
menerima Rustam.”
Banun :
“ maaf Palar, tetapi Rimah telah memilikki calon semua.”
Palar :
“baiklah! Ini penolakkanmu yang kesekian kalinya, dahulu ketika aku akan
mempersuntingmu karena wafatnya suamimu dan sekarang penolakkanmu atas ajakanku
untuk menjodohkan anak kita.”
Rimah :
“sekarang sudah jamannya menggunakan elpiji, kenapa Mak masih menggunakan daun
kelapa kering dan kayu bakar?.”
Banun :
“nasi tak terasa sebagai nasi apabila di masak dengan elpiji”
Rimah :
“aku akan membelikan Mak elpiji jika Mak mau, jadi tidak usah repot-repot lagi
mencari daun kelapa kering dan kayu bakar di sawah.”
Banun :
“tidak Rimah!.”
:
“ maaf Palar, tetapi Rimah telah memilikki calon semua.”
Palar :
“baiklah! Ini penolakkanmu yang kesekian kalinya, dahulu ketika aku akan
mempersuntingmu karena wafatnya suamimu dan sekarang penolakkanmu atas ajakanku
untuk menjodohkan anak kita.”
Sejak menikah anak-anak Banun yang lain tinggal di rumah
mereka masing-masing. Setiap hari Jumat, Banun datang ke rumah anak-anaknya
untuk bertemu cucu-cucuya, secara bergiliran.
Rimah :
“kalau Mak menerima pinangan Rustam, tentu julukkan buruk yang melekat pada Mak
tak pernah ada, kenapa Mak waktu itu mengatakan bahwa aku sudah punya calon
suami, padahal belum,bukan.?"sesal Rimah.
Banun :
“tak usah ungkit-ungkit lagi cerita lama. Mungkin Rustam bukan jodohmu.”
Rimah :
“tapi seandainnya kami berjodoh, Mak tak akan dinamai Banun Kikir!.”
Sesaat Banun terdiam sejenak. Tetapi
agaimana mungkin Rustam akan memberi contoh cara bertani modern, sementara
sawahnya telah habis terjual karena hutang Bapaknya? Banun menolak pinangannya
bukan karna Palar telah banyak hutang dan bukan karna ia telah menjadi juragan
tanah, tapi karena perangai buruk Palar yang dianggap sebagai penghinaan pada
hidup orang tani.
0 Response to "Mengonversi Teks Cerpen Menjadi Dialog "
Post a Comment