Facebook

Mengonversi Teks Cerpen Menjadi Dialog



Dialog Cerpen BANUN

Bila ada yang bertanya, siapa makhluk paling kikir di kampung itu, tidak akan ada yang menyanggah bahwa

perempuan ringkih yang punggungnya telah melengkung serupa sabut kelapa itulah jawabannya. Semula ia hanya dipanggil Banun. Namun, lantara sifat kikirnya dari tahun ke tahun semakin mengakar, seseorang menambahkan kata “kikir”, hingga ia ternobat sebagai Banun Kikir.

Rimah          : “hasil sawah yang tak seberapa itu akan di bawa mati, Mak.?”
Anak kedua          : “Mak tak hanya kikir pada orang lain, tapi juga kikir pada perut sendiri.”
Banun         : “ tak usah hiraukan kata-kata orang! Kalau benar apa yang mereka katakan, kalian tak bakal mengenyam bangku sekolah, dan seumur-umur akan menjadi orang tani.!”

Banun         : “ kata ‘tani’ berasal dari kata ‘tahani’ yang artinya ‘menahan diri’ menahan diri dari untuk tidak membeli segala sesuatu yang dapat di peroleh dengan cara bercocok tanam. Misalnya; jahe, lengkuas, sayur-syuran, bayang ,cabai.”. Aku akan menanam berbagai macam sayuran di perkarangan rumah agar semua bahan masakkan tidak usah di beli lagi.”lanjut Banun.

Sebenarnya Banun tidak lupa pada orang yang pertama kali menjulukinya Banun Kikir hingga nama itu melekat sampai sekarang. Orang itu tidak lain adalah Palar,laki-laki pewaris tunggal ibu-bapaknya. Yang tak sanggup menjalankan perilaku orang tani.
Istri Palar    : “aku akan membeli sayur di pasar.”
Palar           : “ya, kalau masih bisa di beli kenapa kita harus menanam. Bu bagaimana kalau kita nikahkan anak kita Rustam dengan Rimah anaknya Banun.”
Istri palar    : “boleh saja, tetapi apakah Banun menyetujui nya? Dengan apa yang telah engkau lakukan kepadanya.?”
Banun         : “ tak usah hiraukan kata-kata orang! Kalau benar apa yang mereka katakan, kalian tak bakal mengenyam bangku sekolah, dan seumur-umur akan menjadi orang tani.!”

Banun         : “ kata ‘tani’ berasal dari kata ‘tahani’ yang artinya ‘menahan diri’ menahan diri dari untuk tidak membeli segala sesuatu yang dapat di peroleh dengan cara bercocok tanam. Misalnya; jahe, lengkuas, sayur-syuran, bayang ,cabai.”. Aku akan menanam berbagai macam sayuran di perkarangan rumah agar semua bahan masakkan tidak usah di beli lagi.”lanjut Banun.

Palar           : “entahlah, semoga saja ia menyetujui nya dan memaafkan semua kesalahanku dahulu.”
Palar           : “Banun, bagaimana kalau kita jodohkan saja anak kita , anakku Rustam dan anakmu Rimah.?
Banun         : “Rimah telah memilikki calon suami, pinanganmu terlambat.”
Palar           : “anakku Rustam akan menjadi satu-satunya insiyur pertanian di kampung ini dan akan memberikan wawasan tentang cara bertani masa kini,hingga orang-orang tidak terpuruk lagi dalam kesusahan, anak dan keluarga mu akan beruntung jika menerima Rustam.”
Banun         : “ maaf Palar, tetapi Rimah telah memilikki calon semua.”
Palar          : “baiklah! Ini penolakkanmu yang kesekian kalinya, dahulu ketika aku akan mempersuntingmu karena wafatnya suamimu dan sekarang penolakkanmu atas ajakanku untuk menjodohkan anak kita.”
Rimah         : “sekarang sudah jamannya menggunakan elpiji, kenapa Mak masih menggunakan daun kelapa kering dan kayu bakar?.”
Banun         : “nasi tak terasa sebagai nasi apabila di masak dengan elpiji”
Rimah        : “aku akan membelikan Mak elpiji jika Mak mau, jadi tidak usah repot-repot lagi mencari daun kelapa kering dan kayu bakar di sawah.”
Banun         : “tidak Rimah!.”
  : “ maaf Palar, tetapi Rimah telah memilikki calon semua.”

Palar           : “baiklah! Ini penolakkanmu yang kesekian kalinya, dahulu ketika aku akan mempersuntingmu karena wafatnya suamimu dan sekarang penolakkanmu atas ajakanku untuk menjodohkan anak kita.”
Sejak menikah  anak-anak Banun yang lain tinggal di rumah mereka masing-masing. Setiap hari Jumat, Banun datang ke rumah anak-anaknya untuk bertemu cucu-cucuya, secara bergiliran.

Rimah         : “kalau Mak menerima pinangan Rustam, tentu julukkan buruk yang melekat pada Mak tak pernah ada, kenapa Mak waktu itu mengatakan bahwa aku sudah punya calon suami, padahal belum,bukan.?"sesal Rimah.
Banun           : “tak usah ungkit-ungkit lagi cerita lama. Mungkin Rustam bukan jodohmu.”
Rimah           : “tapi seandainnya kami berjodoh, Mak tak akan dinamai Banun Kikir!.”

Sesaat Banun terdiam sejenak. Tetapi agaimana mungkin Rustam akan memberi contoh cara bertani modern, sementara sawahnya telah habis terjual karena hutang Bapaknya? Banun menolak pinangannya bukan karna Palar telah banyak hutang dan bukan karna ia telah menjadi juragan tanah, tapi karena perangai buruk Palar yang dianggap sebagai penghinaan pada hidup orang tani.


Dialog Cerpen BANUN

Bila ada yang bertanya, siapa makhluk paling kikir di kampung itu, tidak akan ada yang menyanggah bahwa

perempuan ringkih yang punggungnya telah melengkung serupa sabut kelapa itulah jawabannya. Semula ia hanya dipanggil Banun. Namun, lantara sifat kikirnya dari tahun ke tahun semakin mengakar, seseorang menambahkan kata “kikir”, hingga ia ternobat sebagai Banun Kikir.

Rimah          : “hasil sawah yang tak seberapa itu akan di bawa mati, Mak.?”
Anak kedua          : “Mak tak hanya kikir pada orang lain, tapi juga kikir pada perut sendiri.”
Banun         : “ tak usah hiraukan kata-kata orang! Kalau benar apa yang mereka katakan, kalian tak bakal mengenyam bangku sekolah, dan seumur-umur akan menjadi orang tani.!”

Banun         : “ kata ‘tani’ berasal dari kata ‘tahani’ yang artinya ‘menahan diri’ menahan diri dari untuk tidak membeli segala sesuatu yang dapat di peroleh dengan cara bercocok tanam. Misalnya; jahe, lengkuas, sayur-syuran, bayang ,cabai.”. Aku akan menanam berbagai macam sayuran di perkarangan rumah agar semua bahan masakkan tidak usah di beli lagi.”lanjut Banun.

Sebenarnya Banun tidak lupa pada orang yang pertama kali menjulukinya Banun Kikir hingga nama itu melekat sampai sekarang. Orang itu tidak lain adalah Palar,laki-laki pewaris tunggal ibu-bapaknya. Yang tak sanggup menjalankan perilaku orang tani.
Istri Palar    : “aku akan membeli sayur di pasar.”
Palar           : “ya, kalau masih bisa di beli kenapa kita harus menanam. Bu bagaimana kalau kita nikahkan anak kita Rustam dengan Rimah anaknya Banun.”
Istri palar    : “boleh saja, tetapi apakah Banun menyetujui nya? Dengan apa yang telah engkau lakukan kepadanya.?”
Banun         : “ tak usah hiraukan kata-kata orang! Kalau benar apa yang mereka katakan, kalian tak bakal mengenyam bangku sekolah, dan seumur-umur akan menjadi orang tani.!”

Banun         : “ kata ‘tani’ berasal dari kata ‘tahani’ yang artinya ‘menahan diri’ menahan diri dari untuk tidak membeli segala sesuatu yang dapat di peroleh dengan cara bercocok tanam. Misalnya; jahe, lengkuas, sayur-syuran, bayang ,cabai.”. Aku akan menanam berbagai macam sayuran di perkarangan rumah agar semua bahan masakkan tidak usah di beli lagi.”lanjut Banun.

Palar           : “entahlah, semoga saja ia menyetujui nya dan memaafkan semua kesalahanku dahulu.”
Palar           : “Banun, bagaimana kalau kita jodohkan saja anak kita , anakku Rustam dan anakmu Rimah.?
Banun         : “Rimah telah memilikki calon suami, pinanganmu terlambat.”
Palar           : “anakku Rustam akan menjadi satu-satunya insiyur pertanian di kampung ini dan akan memberikan wawasan tentang cara bertani masa kini,hingga orang-orang tidak terpuruk lagi dalam kesusahan, anak dan keluarga mu akan beruntung jika menerima Rustam.”
Banun         : “ maaf Palar, tetapi Rimah telah memilikki calon semua.”
Palar          : “baiklah! Ini penolakkanmu yang kesekian kalinya, dahulu ketika aku akan mempersuntingmu karena wafatnya suamimu dan sekarang penolakkanmu atas ajakanku untuk menjodohkan anak kita.”
Rimah         : “sekarang sudah jamannya menggunakan elpiji, kenapa Mak masih menggunakan daun kelapa kering dan kayu bakar?.”
Banun         : “nasi tak terasa sebagai nasi apabila di masak dengan elpiji”
Rimah        : “aku akan membelikan Mak elpiji jika Mak mau, jadi tidak usah repot-repot lagi mencari daun kelapa kering dan kayu bakar di sawah.”
Banun         : “tidak Rimah!.”
  : “ maaf Palar, tetapi Rimah telah memilikki calon semua.”

Palar           : “baiklah! Ini penolakkanmu yang kesekian kalinya, dahulu ketika aku akan mempersuntingmu karena wafatnya suamimu dan sekarang penolakkanmu atas ajakanku untuk menjodohkan anak kita.”
Sejak menikah  anak-anak Banun yang lain tinggal di rumah mereka masing-masing. Setiap hari Jumat, Banun datang ke rumah anak-anaknya untuk bertemu cucu-cucuya, secara bergiliran.

Rimah         : “kalau Mak menerima pinangan Rustam, tentu julukkan buruk yang melekat pada Mak tak pernah ada, kenapa Mak waktu itu mengatakan bahwa aku sudah punya calon suami, padahal belum,bukan.?"sesal Rimah.
Banun           : “tak usah ungkit-ungkit lagi cerita lama. Mungkin Rustam bukan jodohmu.”
Rimah           : “tapi seandainnya kami berjodoh, Mak tak akan dinamai Banun Kikir!.”

Sesaat Banun terdiam sejenak. Tetapi agaimana mungkin Rustam akan memberi contoh cara bertani modern, sementara sawahnya telah habis terjual karena hutang Bapaknya? Banun menolak pinangannya bukan karna Palar telah banyak hutang dan bukan karna ia telah menjadi juragan tanah, tapi karena perangai buruk Palar yang dianggap sebagai penghinaan pada hidup orang tani.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mengonversi Teks Cerpen Menjadi Dialog "

Post a Comment