Facebook

Cerpen Gadis Kecil yang Bijak




            Suatu hari di sebuah padang rumput Rusia yang besar, terletak sebuah desa kecil di mana hampir semua penduduknya memelihara kuda. Saat itu adalah bulan Oktober, saat di mana sebuah pasar ternak yang besar dibuka setiap tahunnya di pusat kota. Dua bersaudara, satu yang kaya dan satunya lagi miskin, mempersiapkan pasar. Pria yang kaya menunggangi seekor kuda jantan, dan saudaranya yang miskin menunggangi seekor kuda betina yang muda.

            Saat petang, mereka berhenti di samping sebuah pondok kosong dan mengikat kuda mereka di luar, sebelum mereka tidur di atas dua tumpukan jerami. Mereka terkejut, ketika pagi harinya mereka malah melihat tiga ekor kuda di luar, bukan dua kuda. Ya lebih tepatnya pendatang baru ini bukanlah benar-benar seekor kuda. Dia adalah anak kuda, yang dilahirkan oleh kuda betina saat malam hari. Lalu anak kuda ini mempunyai tenaga untuk berdiri dengan kakinya, dan setelah ia meminum susu ibunya, ia berjalan sempoyongan untuk beberapa langkah pertama. Kuda jantan menyambutnya dengan ringkikan yang gembira, dan saat dua saudara itu melihatnya untuk pertama kali, anak kuda itu berdiri disamping kuda jantan.

            “Itu adalah milikku!” seru Dimitri, si kaya, saat ia melihatnya. “Ini adalah anak kuda dari kuda jantanku.” Ivan, si miskin, mulai tertawa.

            “Siapa yang pernah mendengar seekor kuda jantan bisa melahirkan seekor anak kuda? Ia lahir dari kuda betina milikku !”

            “Tidak, itu tidak benar! Ia berdiri di samping kuda jantanku, jadi ia anak dari kuda jantan. Dan oleh karena itu ia milikku!”. Kedua saudara itu mulai bertengkar, lalu mereka memutuskan untuk pergi ke kota dan membawa masalah ini ke pengadilan. Masih berdebat, mereka menuju ke lapangan besar di mana tempat ruangan pengadilan berdiri. Tapi yang mereka tidak tahu adalah hari itu adalah hari spesial, hari di mana, setiap sekali dalam setahun, Sang Kaisar itu sendiri yang mengatur hukum. Dia sendiri yang menerima siapa yang datang untung mencari keadilan. Kedua saudara itu diantar ke hadapan Kaisar dan mereka menceritakan padanya segala sesuatu yang menjadi perselisihan.

            Tentu saja, sang Kaisar benar-benar tahu siapa pemilik anak kuda tersebut. Dia akan menyatakan tu adalah milik saudara yang miskin, ketika tiba-tiba Ivan tidak sengaja memperlihatkan kedutan pada matanya. Sang Kaisar sangat terganggu dengan kebiasaan oleh petani yang rendah hati ini, dan memutuskan untuk menghukum Ivan atas ketidakhormatannya. Setelah mendengar cerita dari kedua belah pihak, Kaisar menyatakan ini sangat rumit, sungguh-sungguh tidak mungkin, untuk menyatakan siapa pemilik anak kuda yang sebenarnya. Dan moodnya sedang ingin bersenang-senang, dan dikarenakan ia suka mengajukan teka-teki dan juga menyelesaikannya, sebagai sebuah hiburan untuk para penasehatnya , dia menyatakan.

            “Aku tidak bisa memutuskan siapa di antara kalian yang memiliki anak kuda, jadi ini akan dijadikan hadiah untuk siapa di antara kalian yang memecahkan empat teka-teki  berikut : Benda apa yang paling tercepat di dunia ? Apa yang paling tergemuk ? Apa yang paling terlembut dan apa yang paling berharga ? Aku perintahkan kalian untuk kembali ke kerajaan dalam waktu seminggu dengan jawaban kalian !” Dimitri mulai untuk menyusun jawabannya segera mungkin saat ia meninggalkan ruang pengadilan. Ketika ia sampai di rumah, akan tetapi, dia sadar tidak ada seorang pun yang membantunya.

            “Baiklah, aku hanya harus mencari bantuan, jika tidak bisa memecahkan teka-teki ini, aku akan kehilangan anak kuda itu!” Lalu ia teringat dengan seorang wanita, salah satu tetangga nya, yang ia pernah pinjamkan sekeping koin perak. Itu sudah lama sekali, dan ditambah dengan bunganya, tetangga itu sekarang berhutang tiga keping koin. Dan karena ia memiliki reputasi memiliki kepintaran, serta ia juga cerdik, dia memutuskan untuk meminta pendapatnya, dengan imbalan memotong sebagian hutangnya. Tapi wanita itu menunjukkan betapa cerdiknya dia, dan ia dengan segera meminta seluruh hutangnya dihapus ditukar dengan jawaban.

            “Benda tercepat di dunia adalah kuda milik suamiku,” tukasnya. “Tidak ada yang bisa mengalahkannya! Yang tergemuk adalah babi kami! Benar-benar hewan besar yang belum pernah terlihat! Yang terlembut adalah selimut yang aku buat untuk tidur, menggunakan bulu angsa ku sendiri. Ini membuat semua teman-temanku merasa iri. Benda yang paling berharga di dunia ini adalah keponakan ku yang berusia tiga bulan. Tidak ada lagi anak-anak yang tampan . Aku tidak akan menukarkannya dengan semua emas di bumi ini, dan itu membuat dia menjadi benda paling berharga di muka bumi ini!”

            Dimitri agak ragu dengan kebenaran dari jawaban wanita ini. Di sisi lain, dia harus membawa jawaban pada Sang Kaisar. Dan dia menduga, memang benar, jika dia tidak menjawab, dia akan dihukum.

            Pada saat itu, ivan, yang merupakan seorang duda, telah kembali ke pondoknya yang sederhana di mana ia hidup dengan seorang putrinya yang kecil. Hanya berusia tujuh tahun, gadis kecil itu sering ditinggal sendirian, dan hasilnya, dia sangat bijaksana dan pintar untuk gadis seusianya. Pria miskin itu menaruh gadis itu dalam kepercayaan dirinya, seperti saudaranya, dia tahu dia tidak bisa menemukan jawabannya sendirian. Anak itu duduk diam untuk beberapa saat, lalu berkata dengan sungguh-sungguh.
           
            “Katakan pada Sang kaisar benda paling tercepat di dunia adalah angin utara yang dingin pada musim dingin. Yang paling tergemuk adalah tanah di ladang kita yang hasil panennya memberikan kehidupan pada manusia dan hewan, benda paling terlembut adalah pelukan anak kecil dan yang paling berharga adalah kejujuran.”

            Hari itu tiba saat kedua saudara itu kembali pada Sang Kaisar. Mereka dibawa ke hadapannya. Sang Kaisar penasaran dengan jawaban mereka, tapi dia tertawa dengan keras dengan jawaban bodoh si Dimitri. Akan tetapi, saat giliran Ivan berbicara, sebuah kerutan muncul di wajah Sang Kaisar. Jawaban bijak dari si miskin membuat ia menggeliat, terutama yang terakhir, tentang kejujuran, benda paling berharga dari seluruhnya. Sang Kaisar benar-benar tahu bahwa ia telah tidak jujur saat berurusan dengan si miskin, karena ia telah menyangkal keadilannya. Tapi ia tidak bisa mengakuinya di depan para penasehatnya, lalu dengan murkanya ia bertanya :

            “Siapa yang memberikan jawaban ini padamu?” Ivan menceritakan pada Sang Kaisar bahwa itu adalah putri kecilnya. Masih merasa terganggu, Sang kaisar berkata.

            “Kau harus dihadiahkan karena memiliki putri yang bijaksana dan pintar. Kau harus dihadiahkan dengan anak kuda yang dikleim oleh saudaramu dan juga ratusan koin perak… Tapi… Tapi…” dan Sang Kaisar berkedip pada para penasehatnya.

            “Kau harus datang ke hadapanku dalam tujuh hari, bawa putrimu. Dan karena dia sangat pintar, dia harus muncul di hadapanku tidak telanjang maupun berbaju, tidak berjalan kaki maupun di punggung kuda, tidak membawa hadiah maupun tangan kosong. Dan jika dia melakukannya, kau akan diberi hadiah. Jika tidak, kepalamu akan dipenggal atas kelancanganmu!”

            Para penonton mulai tertawa, mengetahui pria miskin itu tidak akan pernah bisa memenuhi syarat Sang Kaisar. Ivan pulang ke rumah dengan keputusan-asaan, matanya berlinang air mata. Tapi saat dia bercerita pada putrinya apa yang terjadi, putrinya menjawab dengan tenang.

            “Besok, pergi dan tangkaplah seekor kelinci dan seekor ayam hutan. Keduanya harus hidup!. Kau akan memiliki anak kuda dan ratusan koin perak! Biar aku yang menanganinya!” Ivan melakukan apa yang dikatakan putrinya. Dia tidak tahu untuk apa kedua makhluk itu, tapi dia percaya dengan kepandaian putrinya.

            Ketika hari itu tiba, istana dipenuhi oleh para penonton, menunggu Ivan dan putri kecilnya tiba. Akhirnya, gadis kecil itu muncul, mengenakan sebuah jala nelayan, menunggangi kelinci, dan memegang ayam hutan di tangannya. Dia tidak telanjang maupun berbaju, tidak berjalan kaki maupun di punggung kuda. Dengan murka, Sang Kaisar memberitahunya.

            “Aku bilang tidak membawa hadiah maupun tangan kosong!” Pada saat mengucapkan itu, gadis kecil itu menunjukkan ayam hutan. Sang kaisar merentangkan tangannya untuk menggapainya, tapi ayam itu terbang ke udara. Syarat ketiga telah terpenuhi. Jengkel terhadap dirinya sendiri, Sang Kaisar terpaksa memuji gadis kecil yang dengan cerdiknya melewati ujiannya, dan dengan suara yang lebih lembut, ia berkata.

            “Apakah ayah mu sangat-sangat miskin, dan apakah ia dengan putus asa membutuhkan anak kuda.”

            “Oh iya!” balas si gadis kecil. “Kami hidup bergantung pada kelinci yang ia tangkap di dalam sungai dan ikan yang ia petik dari pohon!”

            “Aha!” teriak Sang Kaisar dengan semangat. “Jadi, kau tidak pintar seperti yang terlihat! Siapa yang pernah mendengar kelinci di dalam sungai dan ikan di atas pohon!” Dengan cepat gadis kecil itu membalas.
           
            “Dan siapa yang pernah mendengar kuda jantan melahirkan anak kuda?” Saat itu, Kaisar dan pengadilan penuh dengan gelak tawa. Ivan dengan segera diberikan ratusan koin perak dan anak kuda, dan Sang Kaisar menyatakan.

            “Hanya di kerajaan ku gadis kecil yang bijak terlahir!”



            Suatu hari di sebuah padang rumput Rusia yang besar, terletak sebuah desa kecil di mana hampir semua penduduknya memelihara kuda. Saat itu adalah bulan Oktober, saat di mana sebuah pasar ternak yang besar dibuka setiap tahunnya di pusat kota. Dua bersaudara, satu yang kaya dan satunya lagi miskin, mempersiapkan pasar. Pria yang kaya menunggangi seekor kuda jantan, dan saudaranya yang miskin menunggangi seekor kuda betina yang muda.

            Saat petang, mereka berhenti di samping sebuah pondok kosong dan mengikat kuda mereka di luar, sebelum mereka tidur di atas dua tumpukan jerami. Mereka terkejut, ketika pagi harinya mereka malah melihat tiga ekor kuda di luar, bukan dua kuda. Ya lebih tepatnya pendatang baru ini bukanlah benar-benar seekor kuda. Dia adalah anak kuda, yang dilahirkan oleh kuda betina saat malam hari. Lalu anak kuda ini mempunyai tenaga untuk berdiri dengan kakinya, dan setelah ia meminum susu ibunya, ia berjalan sempoyongan untuk beberapa langkah pertama. Kuda jantan menyambutnya dengan ringkikan yang gembira, dan saat dua saudara itu melihatnya untuk pertama kali, anak kuda itu berdiri disamping kuda jantan.

            “Itu adalah milikku!” seru Dimitri, si kaya, saat ia melihatnya. “Ini adalah anak kuda dari kuda jantanku.” Ivan, si miskin, mulai tertawa.

            “Siapa yang pernah mendengar seekor kuda jantan bisa melahirkan seekor anak kuda? Ia lahir dari kuda betina milikku !”

            “Tidak, itu tidak benar! Ia berdiri di samping kuda jantanku, jadi ia anak dari kuda jantan. Dan oleh karena itu ia milikku!”. Kedua saudara itu mulai bertengkar, lalu mereka memutuskan untuk pergi ke kota dan membawa masalah ini ke pengadilan. Masih berdebat, mereka menuju ke lapangan besar di mana tempat ruangan pengadilan berdiri. Tapi yang mereka tidak tahu adalah hari itu adalah hari spesial, hari di mana, setiap sekali dalam setahun, Sang Kaisar itu sendiri yang mengatur hukum. Dia sendiri yang menerima siapa yang datang untung mencari keadilan. Kedua saudara itu diantar ke hadapan Kaisar dan mereka menceritakan padanya segala sesuatu yang menjadi perselisihan.

            Tentu saja, sang Kaisar benar-benar tahu siapa pemilik anak kuda tersebut. Dia akan menyatakan tu adalah milik saudara yang miskin, ketika tiba-tiba Ivan tidak sengaja memperlihatkan kedutan pada matanya. Sang Kaisar sangat terganggu dengan kebiasaan oleh petani yang rendah hati ini, dan memutuskan untuk menghukum Ivan atas ketidakhormatannya. Setelah mendengar cerita dari kedua belah pihak, Kaisar menyatakan ini sangat rumit, sungguh-sungguh tidak mungkin, untuk menyatakan siapa pemilik anak kuda yang sebenarnya. Dan moodnya sedang ingin bersenang-senang, dan dikarenakan ia suka mengajukan teka-teki dan juga menyelesaikannya, sebagai sebuah hiburan untuk para penasehatnya , dia menyatakan.

            “Aku tidak bisa memutuskan siapa di antara kalian yang memiliki anak kuda, jadi ini akan dijadikan hadiah untuk siapa di antara kalian yang memecahkan empat teka-teki  berikut : Benda apa yang paling tercepat di dunia ? Apa yang paling tergemuk ? Apa yang paling terlembut dan apa yang paling berharga ? Aku perintahkan kalian untuk kembali ke kerajaan dalam waktu seminggu dengan jawaban kalian !” Dimitri mulai untuk menyusun jawabannya segera mungkin saat ia meninggalkan ruang pengadilan. Ketika ia sampai di rumah, akan tetapi, dia sadar tidak ada seorang pun yang membantunya.

            “Baiklah, aku hanya harus mencari bantuan, jika tidak bisa memecahkan teka-teki ini, aku akan kehilangan anak kuda itu!” Lalu ia teringat dengan seorang wanita, salah satu tetangga nya, yang ia pernah pinjamkan sekeping koin perak. Itu sudah lama sekali, dan ditambah dengan bunganya, tetangga itu sekarang berhutang tiga keping koin. Dan karena ia memiliki reputasi memiliki kepintaran, serta ia juga cerdik, dia memutuskan untuk meminta pendapatnya, dengan imbalan memotong sebagian hutangnya. Tapi wanita itu menunjukkan betapa cerdiknya dia, dan ia dengan segera meminta seluruh hutangnya dihapus ditukar dengan jawaban.

            “Benda tercepat di dunia adalah kuda milik suamiku,” tukasnya. “Tidak ada yang bisa mengalahkannya! Yang tergemuk adalah babi kami! Benar-benar hewan besar yang belum pernah terlihat! Yang terlembut adalah selimut yang aku buat untuk tidur, menggunakan bulu angsa ku sendiri. Ini membuat semua teman-temanku merasa iri. Benda yang paling berharga di dunia ini adalah keponakan ku yang berusia tiga bulan. Tidak ada lagi anak-anak yang tampan . Aku tidak akan menukarkannya dengan semua emas di bumi ini, dan itu membuat dia menjadi benda paling berharga di muka bumi ini!”

            Dimitri agak ragu dengan kebenaran dari jawaban wanita ini. Di sisi lain, dia harus membawa jawaban pada Sang Kaisar. Dan dia menduga, memang benar, jika dia tidak menjawab, dia akan dihukum.

            Pada saat itu, ivan, yang merupakan seorang duda, telah kembali ke pondoknya yang sederhana di mana ia hidup dengan seorang putrinya yang kecil. Hanya berusia tujuh tahun, gadis kecil itu sering ditinggal sendirian, dan hasilnya, dia sangat bijaksana dan pintar untuk gadis seusianya. Pria miskin itu menaruh gadis itu dalam kepercayaan dirinya, seperti saudaranya, dia tahu dia tidak bisa menemukan jawabannya sendirian. Anak itu duduk diam untuk beberapa saat, lalu berkata dengan sungguh-sungguh.
           
            “Katakan pada Sang kaisar benda paling tercepat di dunia adalah angin utara yang dingin pada musim dingin. Yang paling tergemuk adalah tanah di ladang kita yang hasil panennya memberikan kehidupan pada manusia dan hewan, benda paling terlembut adalah pelukan anak kecil dan yang paling berharga adalah kejujuran.”

            Hari itu tiba saat kedua saudara itu kembali pada Sang Kaisar. Mereka dibawa ke hadapannya. Sang Kaisar penasaran dengan jawaban mereka, tapi dia tertawa dengan keras dengan jawaban bodoh si Dimitri. Akan tetapi, saat giliran Ivan berbicara, sebuah kerutan muncul di wajah Sang Kaisar. Jawaban bijak dari si miskin membuat ia menggeliat, terutama yang terakhir, tentang kejujuran, benda paling berharga dari seluruhnya. Sang Kaisar benar-benar tahu bahwa ia telah tidak jujur saat berurusan dengan si miskin, karena ia telah menyangkal keadilannya. Tapi ia tidak bisa mengakuinya di depan para penasehatnya, lalu dengan murkanya ia bertanya :

            “Siapa yang memberikan jawaban ini padamu?” Ivan menceritakan pada Sang Kaisar bahwa itu adalah putri kecilnya. Masih merasa terganggu, Sang kaisar berkata.

            “Kau harus dihadiahkan karena memiliki putri yang bijaksana dan pintar. Kau harus dihadiahkan dengan anak kuda yang dikleim oleh saudaramu dan juga ratusan koin perak… Tapi… Tapi…” dan Sang Kaisar berkedip pada para penasehatnya.

            “Kau harus datang ke hadapanku dalam tujuh hari, bawa putrimu. Dan karena dia sangat pintar, dia harus muncul di hadapanku tidak telanjang maupun berbaju, tidak berjalan kaki maupun di punggung kuda, tidak membawa hadiah maupun tangan kosong. Dan jika dia melakukannya, kau akan diberi hadiah. Jika tidak, kepalamu akan dipenggal atas kelancanganmu!”

            Para penonton mulai tertawa, mengetahui pria miskin itu tidak akan pernah bisa memenuhi syarat Sang Kaisar. Ivan pulang ke rumah dengan keputusan-asaan, matanya berlinang air mata. Tapi saat dia bercerita pada putrinya apa yang terjadi, putrinya menjawab dengan tenang.

            “Besok, pergi dan tangkaplah seekor kelinci dan seekor ayam hutan. Keduanya harus hidup!. Kau akan memiliki anak kuda dan ratusan koin perak! Biar aku yang menanganinya!” Ivan melakukan apa yang dikatakan putrinya. Dia tidak tahu untuk apa kedua makhluk itu, tapi dia percaya dengan kepandaian putrinya.

            Ketika hari itu tiba, istana dipenuhi oleh para penonton, menunggu Ivan dan putri kecilnya tiba. Akhirnya, gadis kecil itu muncul, mengenakan sebuah jala nelayan, menunggangi kelinci, dan memegang ayam hutan di tangannya. Dia tidak telanjang maupun berbaju, tidak berjalan kaki maupun di punggung kuda. Dengan murka, Sang Kaisar memberitahunya.

            “Aku bilang tidak membawa hadiah maupun tangan kosong!” Pada saat mengucapkan itu, gadis kecil itu menunjukkan ayam hutan. Sang kaisar merentangkan tangannya untuk menggapainya, tapi ayam itu terbang ke udara. Syarat ketiga telah terpenuhi. Jengkel terhadap dirinya sendiri, Sang Kaisar terpaksa memuji gadis kecil yang dengan cerdiknya melewati ujiannya, dan dengan suara yang lebih lembut, ia berkata.

            “Apakah ayah mu sangat-sangat miskin, dan apakah ia dengan putus asa membutuhkan anak kuda.”

            “Oh iya!” balas si gadis kecil. “Kami hidup bergantung pada kelinci yang ia tangkap di dalam sungai dan ikan yang ia petik dari pohon!”

            “Aha!” teriak Sang Kaisar dengan semangat. “Jadi, kau tidak pintar seperti yang terlihat! Siapa yang pernah mendengar kelinci di dalam sungai dan ikan di atas pohon!” Dengan cepat gadis kecil itu membalas.
           
            “Dan siapa yang pernah mendengar kuda jantan melahirkan anak kuda?” Saat itu, Kaisar dan pengadilan penuh dengan gelak tawa. Ivan dengan segera diberikan ratusan koin perak dan anak kuda, dan Sang Kaisar menyatakan.

            “Hanya di kerajaan ku gadis kecil yang bijak terlahir!”

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cerpen Gadis Kecil yang Bijak"

Post a Comment